BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Teori
1. Robekan Jalan Lahir
a. Pengertian
Robekan
jalan lahir (Harry Oxorn, 2010) selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang
bervariasi banyaknya.Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu harus
dievaluasi, yaitu sumber dan jumlah perdarahan sehingga dapat diatasi.Sumber
perdarahan dapat berasal dari perineum vagina, serviks dan robekan
uterus.Perdarahan dapat dalam bentuk hematoma dan robekan jalan lahir dengan
perdarahan yang bersifat arteril atau pecahnya pembuluh darah vena.Untuk dapat
menetapkan sumber perdarahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan dalam atau
speculum.
Perdarahan
karena robekan jalan lahir banyak dijumpai pada pertolongan persalinan.Jika
perlukan hanya mengenai bagian luar (superficial) saja atau jika perlukan
tersebut tidak mengeluarkan darah, biasanya tidak perlu dijahit.Hanya perlukan
yang lebih dalam dimana jaringannya tidak bisa didekatkan dengan baik atau
perlukan yang aktif mengeluarkan darah memerlukan suatu penjahitan.
b. Derajat Robekan Jalan Lahir
1)Tingkat
I : Robekan terjadi pada selaput
lendir vagina dengan atau tanpa kulit perineum
2)Tingkat
II : Robekan mengenai selaput lendir
vagina dan otot pernei aranseralis, tetapi tidak mengenai otot sfingerani
3)Tingkat
III : Robekan mengenai perineum
sampai dengan otot sfingter ani
4)Tingkat
IV : Robekan mengenai perineum sampai
dengan otot sfingter ani dan mukosa rectum.
c.
Penyebab Terjadinya Robekan Jalan Lahir
Robekan
jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan pasca
persalinan.Robekan dapat terjadi bersama dengan atonia uteri.Perdarahan pasca
persalinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh
robekan serviks atau vagina. Banyak wanita mengalami robekan perineum pada saat
melahirkan anak pertama, pada sekitar separuh dari kasus-kasus tersebut,
robekan ini akan amat luas. Laserasi harus diperbaiki dengan cermat.
1) Penyebab Maternal
a)Partus presipitatus yang tidak
dikendalikan dan tidak ditolong
b) Pasien tidak mampu berhenti mengejan
c) Partus diselesaikan secara
tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang berlebihan.
d) Edema dan kerapuhan pada perineum
e) Varikositas vulva yang melemahkan
jaringan perineum
f) Arcus pubis sempit dengan pintu
bawah panggul yang sempit pula sehingga menekan kepala bayi ke arah posterior.
g) Peluasan episiotomi
2) Faktor-faktor janin :
a)
Bayi yang besar
b) Posisi kepala yang abnormal,
misalnya presentasi muka dan occipitoposterior
c) Kelahiran bokong
d) Ekstrasksi forceps yang sukar
e) Dystocia bahu
f) Anomali congenital, seperti
hydrocephalus.
d.
Penatalaksaan Robekan Jalan Lahir
Tujuan
penatalaksanaan robekan jalan lahir yaitu untuk mendekatkan jaringan-jaringan
agar proses penyembuhan bisa terjadi. Proses penyembuhan bisa terjadi, proses penyembuhan
itu sendiri bukanlah hasil dari penjahitan tersebut tetapi hasil dari
pertumbuhan jaringan. Kemudian tujuan lainnya yaitu untuk menghentikan
perdarahan.
1) Robekan Jalan Lahir Derajat Dua
Pada
robekan tingkat dua dinding belakang vagina dan jaringan ikat yang
menghubungkan otot-otot diafragma urogenitalis pada garis tengah terluka.
Pada
robekan jalan lahir tingkat dua, setelah diberi anesthesia lokal otot-otot
diafragma urogenitalis dihubungkan di garis tengah dengan jahitan dan kemudian
luka pada vagina dan kulit perineum ditutup dengan mengikut sertakan
jaringan-jaringan dibawahnya.
2) Siapkan peralatan untuk melakukan
penjahitan
a) Wadah berisi : sarung tangan,
pemegang jarum, jarum jahit, benang jahit, kasa steril, pincet
Rasionalisasi
: Ditempatkan dalam satu wadah agar memudahkan pekerjaan.
b) Kapas DTT
Rasionalisasi
: Untuk membersihkan perineum dari lendir dan darah
c) Buka spuit sekali pakai 10 ml dari
kemasan steri, jatuhkan dalam wadah DTT
Rasionalisasi
: Menghindari adanya kontaminasi dari tangan penolong
d) Patahkan ampul lidokain
Rasionalisasi
; Lindokain untuk anestesi luka jalan lahir
3) Atur posisi bokong ibu pada posisi
litotomi ditepi tempat tidur
Rasionalisasi
: Agar luka terlihat dan penjahitan lebih mudah dilakukan
4) Pasang kain bersih dibawah bokong
ibu
Rasionalisasi : Menghindari
terjadinya infeksi karena kain untuk persalinan sudah kotor oleh lendir dan
darah.
5) Atur lampu sorot atau senter kearah
vulva / perineum ibu
Rasionalisasi
: Untuk dapat melihat dengan jelas luka perineum
6) Pastikan lengan / tangan tidak
memakai perhiasan, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
Rasionalisasi : Mencuci tangan
termasuk dalam upaya pencegahan infeksi dan di air mengalir karena
mikroorganisme akan tumbuh dan berkembang di air yang tidak mengalir
7) Pakaian satu sarung tangan DTT pada
tangan kanan
Rasionalisasi
: Untuk mengambil spuit yang ada pada wadah DTT
8) Ambil spuit dengan tangan yang
bersarung tangan, isi tabung suntik dengan lidokain dan letakkan kembali
kedalam wadah DTT
Rasionalisasi : Untuk memudahkan
pekerjaan dan menjaga agar spuit tidak tersentuh oleh alat-alat on-steril
9) Lengkapi pemakaian sarung tangan
pada tangan kiri
Rasionalisasi
: Pemakaian sarung tangan termasuk dalam pencegahan infeksi
10) Bersihkan vulva dan perineum dengan
kapas DTT dengan gerakan satu arah dari vulva ke perineum
Rasionalisasi
: Untuk mencegah kontaminasi kotoran tinja
11) Periksa vagina, servik, dan perineum
secara lengkap, pastikan bahwa laserasi hanya merupakan derajat satu atau dua
Rasionalisasi : Karena jika robekan
derajat III dan IV, jangan mencoba untuk menjahit siapkan rujukan segera.
2. Teknik Mengejan
a.
Pengertian
Mengejan adalah tahapan saat pembukaan atau dilatasi
mulut Rahim mencapai puncaknya, yaitu 10 cm. Pada saat ini konsentrasi terasa
semakin kuat dan anda secara insting akan merasakan dorongan kuat untuk
mengejan, mendorong bayi keluar. Dengan Teknik mengejan yang benar, bayi bias
didorong keluar tanpa perlu habis-habisan menguras tenaga.
b. Teknik Mengejan
Adapun teknik mengejan antara lain :
1)
Mengejan dimulai saat persalinan
memasuki kala 2 yaitu mengejan. Penolong persalinan akan menentukan waktunya,
namun secara fisik anda akan merasakannya saat pembukaan sudah lengkap,
kontraksi kian kuat dan sakit, juga ada “panggilan” mengejan dari tubuh.
2)
Mulai mengejan setelah diperintah
penolong persalinan
3)
Tarik napas panjang, mulai
mengejan
4)
Buang napas sedikit demi sedikit
5)
Angkat kepala saat mengejan
6)
Konsentrasikan mengejan pada
daerah perut, bukan otot leher
7)
Mata tetap terbuka, arahkan
pandangan keperut
8)
Kaki dilemaskan, jangan tegang,
apa pun posisi melahirkan anda
9)
Mulut ditutup, kemudian mengejan
ke daerah perut. Jangan angkat panggul. Kondisikan diri santai
10) Hindari
berteriak karena justru akan menghabiskan tenaga
11) Berhenti
mengejan saat penolong persalinan memerintahkan berhenti, yang disebut satu
periode mengejan, lamanya antara beberapa detik sampai 1 menit. Jika satu
periode mengejan ini efektif, bayi akan terdorong keluar cukup jauh
12) Istirahat
disela periode mengejan dengan bernapas cepat (panting), hembuskan napas
pendek-pendek dari mulut. Dengarkan lagi instruksi penolong persalinan untuk
periode mengejan berikutnya (biasanya saat kontraksi datang lagi). Lalu ulangi
prosesnya dari awal. Proses mengejan sampai bayi lahir biasanya memakan waktu
30 menit
c. Kesalahan yang Sering dilakukan Ibu Saat Mengejan
Kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan ibu saat
mengejan, antara lain :
1)
Berteriak
Mungkin karena ingin menyalurkan
emosi dan rasa sakit, namun hal ini
tidak produktif. Selain membuang tenaga akan lebih bermanfaat jika disalurkan
sepenuhnya untuk mengejan. Berteriak juga akan membuat tenggorokan kering,
batuk, serak, membuat suasana jadi panic dan tegang. Jika sakit tak tertahankan
saat kontraksi, lemaskan otot agar relaks, tarik napas panjang dan
hembuskan perlahan.
2)
Mata di tutup
Dapat mengakibatkan tekanan pada
mata, sehingga pembuluh darah di selaput bola mata pecah. Akibatnya mata
memerah, meski akan sembuh dalam beberapa hari. Maka buka mata saat meneran,
arahkan pandangan ke arah perut.
3)
Mengangkat panggul
Dapat membuat robekan jalan lahir
lebih lebar sehingga memerlukan lebih banyak jahitan.
4)
Bernapas serabutan
Tidak ada manfaatnya dalam proses
mengejan. Tarik napas yang benar justru mengurangi rasa sakit dan menjadi
sumber tenaga mengejan.
Sehingga pola mengejan jadi tidak
teratur, tenaga terbuang percuma, dan jalan lahir lahir membengkak karena saat
mengejan terdapat cairan yang keluar dari jalan lahir.Akibat lebih jauh jika
vagina mengalami pembengkakan adalah menyulitkan penjahitan.Jika sudah tak
ingin lagi mengejan sementara pembukaan belum lengkap dan belum dianjurkan
penolong, lakukan pernapasan pendek-pendek dan cepat.
6)
Menahan mengejan
Beberapa ibu menahan mengejan
karena khawatir feses (kotoran) ikut keluar dari anus. Agar tidak terjadi
kosongkan usus 24 jam sebelum persalinan (Momadmin, 2011).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar